Dampak Potong Generasi di Sebuah Organisasi
Karya:
Hanif Muzaki
Kader Komisariat Ki Patih Sampun pemalang
Potong generasi merupakan fenomena yang kerap terjadi dalam tubuh organisasi, ketika kader atau anggota baru langsung diangkat ke posisi struktural tertentu tanpa melewati proses tahapan yang semestinya. Dalam banyak kasus, fenomena ini terjadi karena berbagai alasan: kekosongan kader menengah, dorongan pragmatis, hingga keinginan mempercepat regenerasi. Meskipun dapat memberikan efek jangka pendek yang positif, potong generasi memiliki dampak besar terhadap kualitas, kesinambungan, dan budaya organisasi itu sendiri.
Secara positif, potong generasi dapat mempercepat regenerasi. Organisasi yang stagnan karena dominasi kader lama atau pasifnya kader menengah bisa disegarkan dengan masuknya generasi baru. Kader muda cenderung memiliki semangat tinggi, adaptif terhadap teknologi, serta responsif terhadap isu-isu kontemporer. Dalam kondisi darurat, langkah ini bahkan bisa menyelamatkan jalannya organisasi dari kevakuman struktural.
Lebih dari itu, potong generasi dapat menjadi cara efektif untuk memunculkan kader-kader potensial yang mungkin tidak terpantau oleh sistem kaderisasi konvensional. Beberapa kader muda justru menunjukkan kepemimpinan, loyalitas, dan kapasitas intelektual yang melebihi ekspektasi. Dengan catatan, potensi ini harus dibarengi dengan pendampingan intensif agar mereka tidak kehilangan arah atau terjebak dalam euforia jabatan.
Namun, dampak negatif dari potong generasi tidak bisa diabaikan. Pertama, hal ini sering memicu kecemburuan dan friksi internal. Kader menengah yang merasa telah melalui proses panjang namun tersingkir dari struktur bisa merasa tidak dihargai. Ini menciptakan konflik horizontal yang melemahkan kohesi internal organisasi.
Kedua, potong generasi mengganggu proses kaderisasi berjenjang. Organisasi yang sehat mestinya memiliki tahapan kaderisasi yang jelas dan berjenjang: mulai dari rekrutmen, penguatan ideologis, hingga pembentukan karakter pemimpin. Potong generasi melompati proses ini, sehingga kader baru belum matang secara ideologi, wawasan, maupun karakter kepemimpinan.
Ketiga, jika dilakukan tanpa pertimbangan strategis, potong generasi bisa menyebabkan organisasi kehilangan arah. Struktur mungkin terlihat aktif secara administratif, namun tidak memiliki orientasi ideologis atau strategi gerakan yang kokoh. Akibatnya, organisasi bergerak tanpa arah yang jelas, atau hanya mengejar pencitraan semata.
Solusinya bukan semata menolak atau menerima potong generasi, melainkan menata ulang sistem kaderisasi agar fleksibel namun tetap menjaga kualitas. Pendampingan senior, pelatihan lanjutan, dan penilaian berbasis kompetensi harus menjadi bagian dari mekanisme regenerasi. Potong generasi boleh saja terjadi dalam situasi darurat, namun tidak boleh menjadi budaya organisasi.
Pada akhirnya, keberhasilan organisasi ditentukan oleh kualitas regenerasi yang matang, bukan oleh percepatan yang tergesa-gesa. Regenerasi adalah proses penumbuhan, bukan percepatan yang mengorbankan kedalaman.
#puterabangsabebasmerdeka
#salampergerakan
#regenerasi
#kaderisasi
#potonggenerasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar