Minggu, 25 Desember 2022

Membedah rumah agar lebih menarik, membedah buku semakin asyik, Biro Pengembangan Intelektual dan Riset sukses gelar Bedah Buku "Aku Lupa Bahwa, Aku Perempuan"

Dokumentasi Bedah Buku

Membaca adalah bagian dari mengenal, mengkaji adalah bagian dari mengerti, namun membedah adalah bagian dari proses memahami isi, mengenali maksud, mentransformasi informasi dan hikmah kedalam kehidupan sehari-hari. Itu mengapa pentingnya, agenda membedah buku secara bersama-sama, karena untuk menemukan pemikiran-pemikiran baru yang bahannya adalah buku, namun pemikiran-pemikiran itu dihasilkan oleh daya saring peserta dalam memahami buku. 

Pada Kamis/22/12/12- Biro Pengembangan Intelektual dan Riset PK PMII Ki Patih Sampun STIT Pemalang sukses gelar agenda Bedah Buku perdana, dengan judul Buku "Aku Lupa Bahwa aku Perempuan" Karya  Ihsan Abdul qudus, juga bertepatan momentum hari Ibu. Dalam diskusi tersebut dihadiri oleh segenap Anggota dan Kader PMII Ki Patih Sampun Pemalang dan sebagai pemantik yaitu Sahabati Kristia Monika (Demisioner PMII Ki Patih Sampun 2021-202) bertempat di Kediaman Sahabati Andini -Mulyoharjo, Pemalang. 

Diskusi Bedah buku yang telah berlangsung, bisa di katakan beda dengan yang lain. Lantas kenapa?,  ya berbeda, karena tema buku yang di Bedah, merupakan kisah seseorang perempuan yang tangguh dari Mesir, dengan segala hal yang dilakukan, berupaya agar apa yang diharapkan dapat diraihnya tanpa ada yang menghalangi dan mengintervensi. 
Jadi dalam pembahasannya sangat menarik, dan tambah nggreget. Sebelum diskusi bedah buku dimulai prakata semangat pun tersampaikan oleh ketua Biro Pengembangan Intelektual dan Riset yaitu Sahabat Fajriyan (Bung Peje) 
"Kegiatan Bedah buku ini, dapat terealisasi dengan pembahasan yang amat penting, terutama bagi kalangan pemuda dalam berkarir, karena dalam kisahnya sangat unik, maka dari itu, saya harap sahabat-sahabati sekalian dapat memaksimalkan, agar intelektual kalian dan riset kalian dapat terasah melalui kegiatan pada siang hari ini. Persoalannya bahwa nanti tahun 2045, Indonesia akan mengalami tahun keemasan, dan masa sekarang merupakan masa yang tepat untuk mempersiapkan segala kebutuhan baik keilmuan maupun skill keahlian, maka dari itu melalui kegiatan ini dapat membawa kemanfaatan baik dunia maupun akhirat" Ungkap Bung Peje. 

Dari pernyataan tersebut mengartikan bahwa pentingnya bagi setiap kader dalam peningkatan intelektual dalam setiap keilmuan apapun, karena masa yang akan datang tidak memastikan satu bidang keilmuan, namun bervariatif sesuai dengan kondisi yang membutuhkan keilmuan sebagai pendukung. Hal tersebut lebih mengerucut terhadap kualitas kader yang dimiliki,  sesuai dengan sambutan ketua Komisariat dalam pembukaan Bedah Buku. 
" Kualitas dan potensi diri seorang kader dapat meningkat dengan melalui kegiatan-kegiatan sepertihalnya tersebut. Dan semoga ini merupakan awal hal-hal yang baik, dan akan memunculkan hal-hal yang baik kedepannya. " Ungkap Sahabat Adi Saputra. 

Dalam pembahasan diskusi bedah buku yang di bawakan oleh pemantik memberikan kesan dan pesan yang amat besar, tentunya dalam mengambil sikap dan melaksanakan sikap. Karena segala hal apapun pasti berisiko, walaupun dilihat di sisi baik maupun buruk. Tentu ini gambaran seorang Suad yang berpegang teguh terhadap prinsip dan kemauan, walaupun di sisi lain orang menilai negatif, namun kita sebagai seseorang yang kritis, tidak memandang salah satu sisi sajah namun dari berbagai sisi dimana Suad dalam mencapai impiannya. 

Untuk dapat mengetahui sisi negatif dan positif seorang Suad dalam menempuh kariernya (dalam bukunya), akhirnya dalam forum diskusi di pecah menjadi 2 kubu, dari masing-masing kubu menilai dari sisi positif dan negatif, namun berjalannya diskusi dengan cara tersebut, tidak memberikan titik temu, malah lebih mengerucut saling berdebat. Namun dengan pembawaan sang pemantik yang bijaksana, membawa suasana pembahasan kembali fokus seperti awal pembahasan.
Melihat sikap suad yang dipandang terlalu ambisius, sehingga lupa terhadap kodratnya sebagai perempuan merupakan kemampuannya dalam bergaul dan berinteraksi, ditambah skill ber dialektika nya terhadap orang lain yang harus di acungi jempol, namun kegigihannya bisa runtuh karena terhampar dengan keheningan nya ketika sendirian. Lantas apa yang membuat suad merasa hening? Tentunya karena kegiatan-kegiatannya yang dirasa padat, terlalu sibuk dengan interaksi sosial dengan orang-orang yang ternama dalam bidang politik, partai dan aktivis perempuan. Dengan kesibukannya yang semakin meluas ditambah jaringan yang banyak, menjadikan suad ketika pulang, dengan kondisi kesendiriannya, rasa kebingungan, hampa melanda nya, maka dari itu rasa hening yang dirasakan oleh seorang Suad. Melalui proses yang teramat terjal dan menantang baginya, merupakan sebuah permainan dan hiburan tertentu baginya. Walaupun seterjal apapun, prinsip Suad dalam mencapai karirnya sebagai doktor dan politikus tidak tergentar sekalipun, hal ini dibuktikan dengan kebijakannya memutuskan berpisah dengan suaminya Abdul Hamid, dan dokter Kamal, karena adanya ketidak cocokan baik kebiasaannya maupun pemikirannya. 
Kesimpulannya bahwa setiap manusia berhak memilih dan bebas bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, namun harus mengetahui keterbatasan, baik kelemahan dan kelebihan. Dan yang harus di ambil hikmahnya dari kisah di buku "Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan" Adalah menjadi seorang akademisi agar senantiasa fokus terhadap tujuan, mempunyai pendirian yang kuat, dan berusaha mencapai perubahan, baik perempuan maupun lagi, semuanya memiliki kemampuan dan kemauan yang berpotensi keberhasilan. 
Foto bersama

Join pdf, Silahkan Komen di kolom bawah



Penulis: Bung_Ley

Manifestasi Peran Kader Mujahid dalam Menjawab Tantangan Organisasi

  Manifestasi Peran Kader Mujahid dalam Menjawab Tantangan Organisasi By: Hanif Muzaki Dalam dinamika gerakan kemahasiswaan, khususnya dalam...